You only live once, but if you do it right, once is enough. really proud to be born as a muslimah :)

Selasa, 31 Desember 2013

ketika pagi tak kunjung menjelang

untuk rindu yang tak pernah terkatakan..
tahukah bahwa ia tak pernah hilang..
bertahan untuk sekedar membunuh tiap benih yang selalu tumbuh..

untuk rindu yang tak pernah terkatakan..
adalah tanda bahwa hidup harus penuh dengan kesabaran, kan..
bahwa pengorbanan adalah harga yang harus dibayar untuk setiap kebahagiaan..

dan tidak semua harus dikatakan, bukan?
bahwa cinta memang pernah ada meski tak akan pernah terucap..


Read More

Senin, 16 Desember 2013

...

dan sekali lagi, bahwa berhenti menanti itu indah sekali :')
Read More

Sabtu, 14 Desember 2013

if they know what i mean

sering sekali mengalami fenomena ini. menghadapi orang-orang yang tidak peka. atau mungkin saya pernah menjadi salah satu pelakunya? entahlah, mungkin saja. beberapa hari lalu saya terpaksa berhujan-hujan di jalan selama berjam-jam karena harus melakukan sesuatu. dan as expected, sebelum sampai di tempat yang dituju, sudah terjadi gejala radang dan flu. alhasil, esok paginya pun serasa tidak bisa bangun dari tempat tidur. menengok hp dan membaca sekilas pesan singkat mengingatkan untuk rapat pagi itu. berharap yang di seberang mengerti, saya mengirim pesan yang isinya meminta dijemput karena sedang tidak enak badan. cepat sekali balasannya datang, oke. apaaaa? entah dimana salahnya. maksud tersirat saya dari pesan tersebut adalah saya tidak ikut rapat yaa. mungkin yang membalas tidak se-persepsi dengan saya. berharap dibalas sudah ngga usah ikut kalau sakit yaa. ber-ekspektasi terlalu tinggi. berakhir dengan asumsi bahwa orang-orang tersebut tidak peka.

dengan mengatakan yang tidak sebenarnya justru akan membuat kita terperangkap dalam persepsi orang lain. berharap mereka mengerti apa yang diinginkan hanya dengan memberi sebuah isyarat. bahkan kebanyakan perempuan selalu berbicara sebaliknya. banyak maksud tersembunyi lainnya dari apa yang dikatakan. jika perempuan mengatakan A, belum tentu yang dimaksud adalah A, mungkin saja adalah B,C, atau D. setelah membaca beberapa artikel, penyebab masalah ini adalah karena perempuan cenderung menggunakan emosinya saat berkomunikasi. komunikasi indirect.

jika seorang perempuan mengatakan "iya", itu artinya "tidak" ..
memang seperti sebuah teka-teki. tapi saya sendiri pun belum bisa merubah kebiasaan tersebut. istilahnya sudah menjadi watak. selamat bermain kata-kata :)
Read More

Rabu, 11 Desember 2013

seperti "diam"


“Bagi seorang perempuan sepertinya, cukuplah kata : “masih” atau “tidak. Dengan mengucapkan satu saja dari dua kata itu, kau telah membebaskannya dari penantian, juga air mata.”
-Helvi Tiana Rosa

“Aku telah membuka semua pintu dan melepas merpati-merpati itu pergi. Tanpa pesan, tanpa persinggahan. Melintasi taman paling rindu tempat kau bunuh kenangan kita berkali-kali. Dan sungguh aku tak akan pernah memberinya denyut nadi lagi agar hidup kembali, seperti tokoh-tokoh kartun, yang dulu kau tonton di televisi.”
-Helvi Tiana Rosa

Bulan bulat pasi dan kenangan tanpa spasi. Tiba-tiba aku merasa berhenti menanti itu indah sekali
-Helvi Tiana Rosa


Read More

Selasa, 10 Desember 2013

ayahku (bukan) pembohong

lagi lagi tentang sebuah dongeng..
ketika orang tua kita bercerita bahwa dia, ya artis yang ada di televisi itu adalah kawan lamanya sewaktu masih kecil. mungkin kita langsung memalingkan wajah, seakan tak mau mendengar bualan (yang kita anggap aneh) itu. mana mungkin artis terkenal itu pernah tinggal di sebelah rumah atau blablabla. semakin beliau mengulangi kalimat itu, semakin tidak percayanya kita. orang tua selalu mengada-ada. mencari bukti kesana kemari dan tidak berharap menemukannya. ya, karena pikir kita itu adalah sebuah kebohongan belaka.
hari ini kita menuju sekolah, bermain, ber-organisasi, dan bertemu dengan banyak orang. kelak siapa tahu di antara mereka menjadi salah satu orang yang yang paling berpengaruh, mungkin melebihi artis yang waktu itu selalu kita elu-elukan. lantas dengan spontan mengaku bahwa dia adalah teman sebangku, teman bermain atau apalah. kemudian anak-anak yang kita besarkan dengan mudah mengatakan kita berbohong. di saat yang terlambat kita baru menyadarai bahwa ayah, ibu, mereka tidak pernah membesarkan kita dengan sebuah kebohongan. meski hal itu terlihat sangat mustahil untuk dimengerti. mereka memiliki kenangan rahasia yang mungkin kita tidak pernah bisa membuktikannya.

-sebuah novel, tere liye-
Read More

Minggu, 08 Desember 2013

"deformasi"

Pelajaran dari (lagi lagi) rekayasa bahan..
Jika hati itu seperti tembok yang tidak memiliki fase elastis, ketika perlahan paku ditancapkan disana yang kemudian akan menancap secara sempurna, dan suatu saat paku tersebut dicabut, akan meninggalkan bekas yang tidak bisa kembali ke bentuk semula. Tidak ada toleransi sebesar 1% seperti karet misalnya, menunjukkan bahwa hati itu telah mengalami deformasi plastis. Keadaan dimana hati tidak bisa diperbaiki lagi. ya itulah bentuk permanennya saat ini. Dan yang paling penting, paku tersebut tidak bisa menancap di tempat yang sama sebanyak dua kali. Hati bukan seperti sebuah komposit yang bisa direkayasa. Bukan seperti polimer yang memiliki fase daur ulang. Bukan bahan yang bisa di-sintesis  kapanpun. Maka hati-hatilah memperlakukannya.


Read More

when material feels like so complicated

mereka bilang logam yang terkuat. ketika uji tarik pun (tergantung kekuatan) besi masih tetap pada bentuknya. tidak seperti polimer yang memiliki fase plastis. tidak dapat kembali ke bentuk semula. tahan banting, katanya. dibentuk dari proses yang luar biasa. menghadapi tempaan yang amat sangat menyakitkan. hasilnya selalu bisa diandalkan. namun ada yang terlupa. besi tetaplah hanya sebuah logam. yang jika kau biarkan begitu saja akan mengalami korosi. sekuat apapun besi tersebut. padahal hanya air, oksigen bahkan garam. namun jika terus menerus besi bertemu dengan benda-benda itu, dengan mudah kekuatannya akan hilang. jika memang ingin menjaga besi itu, lapisi ia dengan karbon. tak usah kau tunggu kapan korosi itu terjadi, karena tak akan pernah terjadi. sama seperti hati. yang jika kau biarkan begitu saja ia tanpa dilapisi iman, sungguh dengan mudah akan rapuh.
Read More

Sabtu, 07 Desember 2013

a day to remember

tempat itu ramai sekali. tawa dimana-mana. tapi rasanya sepi. tiba tiba menunduk saja. sebenarnya ingin menyembunyikan sesuatu. ada yang jatuh. bukan karena merasa sepi di tengah keramaian. hanya saja merasa ditampar lagu yang saat itu diputar. sebiru hari ini. lagi lagi berhasil membuat saya mellow seharian. bahkan seminggu kemudian masih merasakan hal yang sama. hapus air mata meski kita kan terpisah. teringat lagi wajah-wajah keluarga kecil saya. senyum mereka.
amanah terakhir. amanah paling ujung di kampus. bukan seperti di tahun kedua atau ketiga. selesai dari satu amanah, berarti menunggu amanah yang lain. masih bisa dengan mudah ditemui di tempat ini. beda sekali dengan yang ini. ketika sudah selesai maka  kita (entahlah) apa bisa kembali bertemu. berasal dari kota yang berbeda. kembali untuk mengabdi. membuat janji baru di tanah kelahiran. merindukan kalian. saat ini, sejak sebelum berpisah.

mungkin benar, kita akan merasa memiliki sesuatu setelah merasa kehilangan.

untuk apa baru menyadari hal yang sangat penting di saat semua telah terlambat. bahkan untuk menyadari keberadaan sebuah keluarga. tak ada lagi detik yang akan terulang. tak akan bisa. mungkin saya (pernah dengan sengaja) tidak ingin bertemu keluarga ini. tapi cukuplah itu hanya menjadi bagian dari masa yang akan terlupakan. karena saat ini, hati seutuhnya telah mencintai. 

keep loving all of you :')
*a picture taken from little muslimah


Read More

Minggu, 01 Desember 2013

lelahkah menunggu?


hari itu mendung begitu membuat bimbang. ingin lari saja dari amanah yang berbaris-baris menunggu untuk diselesaikan. tentu saja bukan amanah dakwah. tinggal mengirim sebaris kata dan kemudian semua akan berubah sesuai keinginanku. ya, bisa saja itu terjadi, mudah sekali. setitik demi setitik air langit mulai turun. ibarat noda, sedikit demi sedikit kebimbangan itu perlahan luntur. kembali menguatkan diri. meyakinkan bahwa ini adalah konsekuensi dari sebuah pilihan. tentu saja jika aku menginginkan sesuatu, maka aku juga harus mau menanggung konsekuensinya. setidaknya aku masih bisa berpikir sehat. maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. sekali lagi ayat-ayat indah itu yang membantu menjernihkan hati. kubuka mushaf kesayangan yang daritadi sudah sabar menunggu. entahlah aku tidak peduli lalu lalang orang disekitarku. yang mungkin beberapa memperlihatkan tatapan aneh. aku berhak, bukan? hujan membuat sore terasa lebih lama. tak sedikitpun menunjukkan bahwa ia lelah mengguyur tanah kami. membuat lembaran-lembaran yang daritadi dibaca semakin bertambah. lebih banyak dari biasanya. semua berjalan biasa. amanah yang (memang) harus diselesaikan. tapi tunggu, ada hal lain yang menarik. seseorang memberikan kado kecil untukku. seperti hadiah karena aku memilih menuntaskan sebuah amanah. bukankah hanya sebentar? ya, aku memang hanya perlu bersabar sebentar, lalu mengapa hadiah itu diberikan? sebagian dari kita mungkin pernah berpikir bahwa apa yang dilakukan hanya sia-sia, tidak ada yang menghargai, bahkan melihat. merasa tidak sanggup lagi berada di jalan yang memang hanya segelintir orang yang bertahan. menggugurkan komitmen yang telah lama dibangun. apakah kita lupa bahwa Allah tidak pernah tidur? tanyakan pada diri kita, apakah kita masih berharap selain balasan-Nya yang luar biasa? bangunlah, tata niat kita lagi. tidak sepatutnya kita selalu menuntut atas secuil perjuangan yang baru kita lakukan.

“Ketika orang tertidur kau terbangun, itulah susahnya. Ketika orang merampas kau membagi, itulah peliknya. Ketika orang menikmati kau menciptakan, itulah rumitnya. Ketika orang mengadu kau bertanggung jawab, itulah repotnya. Oleh karena itu, tidak banyak orang bersamamu disini, mendirikan imperium kebenaran” (KH. Rahmat Abdulloh)
Read More

© jangan menghindar. hujan itu rahmat :), AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena