You only live once, but if you do it right, once is enough. really proud to be born as a muslimah :)

Jumat, 19 Desember 2014

surabaya dan hujan

Siang ini aku habiskan dengan niat awal yang tidak jelas. Hanya berjalan sampai jauh dan tiba-tiba saja sudah sampai di salah satu terminal angkutan umum di Surabaya. Alih-alih punya tujuan, aku pun menumpang angkot berwarna kuning yang paling sering dijumpai di daerah itu. Ketika angkot mulai melaju, aku jadi bingung. Angkot yang sedang aku tumpangi ini tujuannya kemana ya. Aku lupa kalau ada 2 jenis angkot warna kuning dengan tujuan berbeda. Ah biarlah, toh niatnya juga jalan-jalan. Baru 100 meter melaju, jalanan sudah diguyur hujan deras. Rupanya aku memilih dengan tepat. Entah kemana asal ndak kehujanan. Karena sudah terlanjur berada di dalam angkutan, akhirnya aku memutuskan kemana tujuan pergi kali ini. Berbekal file pdf berisi daftar angkot dan trayek yang dilewati, akhirnya aku memutuskan pergi ke perpustakaan yang biasa aku kunjungi.
Badai petir. Seperti itulah tulisan yang tertera di aplikasi cuaca yang terpasang di handphone aku. Memang badai petir. Bagaimana tidak, baru beberapa menit hujan, banjirnya sudah di atas mata kaki. Apalagi anginnya yang kencang membuat bulir-bulir air hujan masuk ke dalam angkot. Alhasil kami yang tadinya merasa sangat aman kini harus rela sedikit basah-basahan. Mengamati keadaan di luar yang tidak terlalu jelas karena jendela sudah tertutup embun, aku melihat beberapa anak laki-laki umur belasan menghampiri sepasang suami istri paruh baya. Sedikit merayu menawarkan jasa memayungi pasangan itu. Si ibu tersenyum. Mobilnya hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri sekarang. Menerobos hujan tentu saja tidak masalah baginya. Aku hanya mengamati dari jauh. Entah apa yang selanjutnya terjadi di sana.

Angkot kuning ini berhenti karena lampu merah. Aku mengiintip keluar dari sela jendela yang sedikit terbuka. Kulihat seorang anak lekaki yang masih mengenakan celana merah hati (red:seragam SD) dan kaos bola klub raksasa bundesliga sedang memastikan tumpukan Koran yang masih tersisa di tangannya semua terbungkus plastik. Tidak ada celah sedikitpun yang akan membuat dagangannya itu basah dan tidak laku dijual. Sedangkan badannya diibiarkan basah kuyup. Bahkan ia tidak berteduh. Tetap saja berkeliling menawarkan Koran-koran itu ke pengendara yang berhenti. Apa mungkin di saat seperti ini akan ada yang membuka jendela mobilnya untuk sekedar membantu bocah kecil ini. Mungkin saja.

Tujuanku sudah di depan mata. Hanya saja jalanan sedang ramai sekali. Menyeberang 2 kali di jalanan sebesar ini? Wah ini pertama kali. Beruntung saat menyeberang pertama dibantu dengan tombol untuk pejalan kaki yang ada di lampu merah. Nah untuk menyeberang yang kedua ini sampai beberapa menit berhenti karena takut. Tapi lama-lama jadi sadar ternyata terlalu menikmati berpayung di bawah hujan, haha. Keberuntungan masih berpihak. Dari seberang ada adek laki-laki masih SMA menghampiri, dan ternyata dia mau membantu membantu menyeberang, huahaha jadi malu. Inilah akhir ketidakjelasan siang ini. Berakhir dengan dibolehkannya menitip helm basah saya di dalam perpustakaan. Syukurlah, lah mau ditaruh mana lagi helm ini.
*selalu ada akhir yang menyenangkan di setiap kejadian yang kita alami. Hanya perlu menunggu. Bersabar J


p.s angkot kuning nya O dari keputih. Oper angkot E dari depan RS Dr.Soetomo. turun di belokan jalan pemuda. Nyebrang deh ke perpustakaan balai pemuda Surabaya. 

17 desember 2014

Read More

Selasa, 16 Desember 2014

gerimis

Aku menyukai hujan

Setiap tetesnya membuatku ingin berlari  ke arahnya

Berlari seperti kanak-kanak

Perasaanku kepada hujan sama seperti perasaanku kepadamu

Aku memang menyukai hujan

Tapi tak mungkin kubiarkan diriku berlama-lama berada di bawahnya

Itu akan membuatku sakit, bukan?

Karena aku menyukai hujan, aku harus memakai payung agar tetap bisa membaur dengannya

Aku harus memakai jas hujan agar bisa berlama-lama membersamainya

Tak mungkin juga kubiarkan hujan terlalu lama hadir dan membanjiri kota ini hanya karena aku sedang rindu padanya

Hujan harus pergi dan kembali

Hujan pergi karena ingin memberiku jeda untuk merindukannya. Hujan kembali untuk menghapus rindu yang tiap saat semakin sesak karena panjangnya kemarau

Kalian mirip bukan? Ya, kamu dan hujan J


Hujan dan kamu sama-sama sudah membuatku jatuh cinta
Read More

Sabtu, 13 Desember 2014

secuil manisan hari ini

Pagi ini, setelah beberapa menit menelepon dengan berurai air mata, Bapak meminta saya menemui beliau di rumah. Mungkin Bapak tahu jika anak gadisnya sedang tidak baik-baik saja.
4 jam kemudian saya sudah berada di depan pintu. Mencari Bapak di setiap ruangan, namun saya tidak berhasil menemukan bapak. Mengintip masjid yang hanya berjarak sejengkal dari rumah, mungkin Bapak sedang menghabiskan waktu disana. Ya, Bapak memang berada di dalamnya, entah sampai pada rakaat ke berapa sekarang. Saya mengambil duduk di belakang beliau. Mengamati sambil menyeka air di sudut mata, pembicaraan tadi pagi mungkin mengusik perasaan beliau. Saya tahu nama saya sedang disebut disujudnya.
Setelah selesai salam, saya menghampiri beliau. Berbaring dengan kepala di atas kaki bapak yang posisinya belum berubah, masih sama seperti tahiyatul akhir tadi. Bapak sama sekali tidak menyinggung pembicaraan kami pagi tadi. Sepertinya takut saya kelewat nangis lagi. Bapak yang merangkap menjadi ibu, tahu persis kapan saat yang tepat membicarakan sesuatu.

Setengah jam saya menghabiskan waktu dengan Bapak. Meski begitu, cukup banyak yang telah kami bicarakan. Tentang masa depan, tentang lelaki yang akan mengambil amanah atas saya dari tangan bapak, tentang dimana saya akan tinggal setelah menikah, dan apakah saya akan tetap merindukan Bapak meski tidak lagi tinggal di atap yang sama. jangan khawatir jika suatu saat saya tidak lagi merindukan Bapak. Jelas itu tidak mungkin, kan. Bapak masih pingin gendong cucu kan? Ayo tetep sehat yaa. Kalimat itu saya ucapkan sebelum berlalu menuju pintu. Sambil sedikit berkaca-kaca membayangkan bagaimana perasaan Bapak jika putri terkecilnya diambil orang. Akhir-akhir ini Bapak lebih senang membicarakan masa depan rumah tangga saya. Usia 21 tahun dirasa sudah cukup untuk mengemban amanah yang lebih berat. Meski Bapak masih menganggap putrinya ini sama seperti 15 tahun yang lalu, seorang putri kecil. Bapak akan selalu merasa putrinya masih perlu dipijat saat sedang sakit. Masih perlu diingatkan untuk sarapan. Tidak tidur semalaman menjaga putrinya yang demam, bahkan meski saya adalah seorang Mahasiswi tingkat akhir. Bapak saya memang seperti itu. Bapak tenang saja ya, dia tidak akan mengambil juara 1 di hati saya kok, juara 1 tetap punya Bapak :’)
Read More

© jangan menghindar. hujan itu rahmat :), AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena