You only live once, but if you do it right, once is enough. really proud to be born as a muslimah :)

Sabtu, 13 Desember 2014

secuil manisan hari ini

Pagi ini, setelah beberapa menit menelepon dengan berurai air mata, Bapak meminta saya menemui beliau di rumah. Mungkin Bapak tahu jika anak gadisnya sedang tidak baik-baik saja.
4 jam kemudian saya sudah berada di depan pintu. Mencari Bapak di setiap ruangan, namun saya tidak berhasil menemukan bapak. Mengintip masjid yang hanya berjarak sejengkal dari rumah, mungkin Bapak sedang menghabiskan waktu disana. Ya, Bapak memang berada di dalamnya, entah sampai pada rakaat ke berapa sekarang. Saya mengambil duduk di belakang beliau. Mengamati sambil menyeka air di sudut mata, pembicaraan tadi pagi mungkin mengusik perasaan beliau. Saya tahu nama saya sedang disebut disujudnya.
Setelah selesai salam, saya menghampiri beliau. Berbaring dengan kepala di atas kaki bapak yang posisinya belum berubah, masih sama seperti tahiyatul akhir tadi. Bapak sama sekali tidak menyinggung pembicaraan kami pagi tadi. Sepertinya takut saya kelewat nangis lagi. Bapak yang merangkap menjadi ibu, tahu persis kapan saat yang tepat membicarakan sesuatu.

Setengah jam saya menghabiskan waktu dengan Bapak. Meski begitu, cukup banyak yang telah kami bicarakan. Tentang masa depan, tentang lelaki yang akan mengambil amanah atas saya dari tangan bapak, tentang dimana saya akan tinggal setelah menikah, dan apakah saya akan tetap merindukan Bapak meski tidak lagi tinggal di atap yang sama. jangan khawatir jika suatu saat saya tidak lagi merindukan Bapak. Jelas itu tidak mungkin, kan. Bapak masih pingin gendong cucu kan? Ayo tetep sehat yaa. Kalimat itu saya ucapkan sebelum berlalu menuju pintu. Sambil sedikit berkaca-kaca membayangkan bagaimana perasaan Bapak jika putri terkecilnya diambil orang. Akhir-akhir ini Bapak lebih senang membicarakan masa depan rumah tangga saya. Usia 21 tahun dirasa sudah cukup untuk mengemban amanah yang lebih berat. Meski Bapak masih menganggap putrinya ini sama seperti 15 tahun yang lalu, seorang putri kecil. Bapak akan selalu merasa putrinya masih perlu dipijat saat sedang sakit. Masih perlu diingatkan untuk sarapan. Tidak tidur semalaman menjaga putrinya yang demam, bahkan meski saya adalah seorang Mahasiswi tingkat akhir. Bapak saya memang seperti itu. Bapak tenang saja ya, dia tidak akan mengambil juara 1 di hati saya kok, juara 1 tetap punya Bapak :’)

0 komentar:

Posting Komentar

© jangan menghindar. hujan itu rahmat :), AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena