You only live once, but if you do it right, once is enough. really proud to be born as a muslimah :)

Rabu, 01 Januari 2014

indescribeable moment

Benar benar agenda yang tak terencana. Karena terlalu rindu, tiba tiba saja saya mengetikkan beberapa kalimat dan mengirimnya ke kontak grup di hp. ayok upgrading. Begitu intinya. menyiapkan segala yang dibutuhkan meski masih pekan depan agendanya. Dan manusia memang hanya bisa berencana. Beberapa hari saya terbaring di atas tempat tidur. sakit. dan apa saja yang saat itu sedang saya siapkan, berhenti seketika. nggak ada a, b,c, dan lain lain. Bismillah saja, seadanya. Sempat akan dibatalkan pula, karena yang konfirmasi bisa hadir hanya beberapa. Tapi kami tidak bisa menunggu lagi, mau sampai kapan ditunda? apapun yang terjadi, kami berniat tetap melanjutkan.
*morning, when spirit suddenly appear
Jam 7.30 yaa. Saya masih ingat betul angka angka tersebut saya tulis berulang. Sekali lagi ingin menegaskan. Jangan molor. Dan sekarang? Bukankah seharusnya mereka datang 1 jam yang lalu? Wow. Satu per satu mulai nampak, bagaikan barisan sebuah grup, tanpa sadar separuh dari kami memakai paduan warna biru, dan separuhnya, pink. Oke setalah menunggu sekian lama, kami berangkat menuju tempat itu. Jalanan lengang sekali. Beginilah Surabaya, selalu sepi kalau tanggal merah. Penghuninya mengungsi. Sampai disana beberapa orang sempat heran, di Surabaya ada ya yang seperti ini? Berkeliling mencari tempat yang pas, kami memilih melingkar di pinggir danau. Ditemani langit yang mendung, pagi ini teduh sekali. Dimulai dengan sebuah game truth or dare. Sudah kehabisan ide, jadilah permainan ini saya rasa cocok. Berdalih menjadi panitia, saya tidak ingin diikutkan dalam game ini. Tentu saja karena resikonya besar. Namun alasan itu tidak cukup untuk menyelamatkan diri. Dengan segala rayu dan paksa, saya pun menuruti mereka untuk tetap ikut memainkannya. Awal yang bagus tentu saja, karena bukan saya yang pertama kali harus memilih truth or dare. Heboh sekali permainan ini, tawa dimana-mana. Ternyata kehebohan lebih besar justru terjadi di orang kedua yang harus memilih truth or dare. Dan orang itu adalah, saya. Jelas-jelas saya katakan memilih tantangan, namun mereka serentak menolak. Ya tentu saja, yang sudah menyiapkan tantangan itu adalah saya. Dengan wajah setengah pasrah saya mengiyakan permintaan mereka. Truth. Saya ingat benar raut muka orang-orang di depan saya saat menyebutkan pertanyaan yang harus saya jawab dengan jujur, “mb, pertanyaannya adalah : mb izzah lagi suka sama siapa?” happaaaaaaaaaaaaaaaaa? Tiba tiba ingin sekali saat itu juga hujan deras, agar saya tidak perlu menjawab pertanyaan yang mereka sebutkan. Reflek menutupkan kedua tangan di muka sambil berulang kali mengatakan “ga mau jawab, jangan”. Apa-apaan ini, bercanda yaa, tentu saja saya tidak akan pernah mengatakannya. Karena terlalu lama saya mengelak, akhirnya terdengar beberapa orang menyebutkan beberapa nama berbeda “oh mas ini ya mbak?”. Oh meeen yang benar saja. Meski namanya disebut pun, saya akan tetap mengatakan tidak. menjelaskan dengan hati-hati akhirnya membuat mereka menyerah menanyakannya. Tapi hmm, ada sedikit clue yang saya tinggalkan, no prob, mereka tidak akan tahu haha. Setelah permainan berjalan begitu lama, tiba saatnya bertukar kado. Jelas bukan acara utama. Karena setelah itu, mereka akan mengerti ada di bagian mana acara utamanya.
Saya meminta mereka memjamkan mata, menggenggam tangan saudarinya. Sambil memutar sebuah lagu favorit saya. Dimulailah refleksi perjalanan kami di setengah kepengurusan ini. Hening. Di sekitar kami memang banyak orang lalu lalang. Namun hening sekali di dalam lingkaran. Mengucap banyak terima kasih mereka sudah mau bertahan meski jalannya tek pernah mudah. Bahwa kami memang tak pernah meminta menjadi satu bagian, namun keluarga ini sungguh tak bisa digantikan. Terdiam. Tak mampu meneruskan, suara saya bergetar. Sudahlah, tangis ini memang saatnya dikeluarkan. Genggaman itu semakin erat. Meminta maaf jika sampai saat ini tak mampu menjadi sosok yang mereka harapkan. Apapun yang terjadi, saya menyayangi kalian semua, keluarga kecil annisaa :’) . Semoga dengan diiringi rintikan gerimis, ukhuwah itu menjadi semakin erat. Rindu itu semakin sering muncul. Ingatlah bahwa tidak pernah ada yang namanya berjuang sendiri. aku, kamu, kita, adalah satu keluarga..

0 komentar:

Posting Komentar

© jangan menghindar. hujan itu rahmat :), AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena